Rini Sugianto & Ronny Gani, siapakah mereka berdua...?
Mereka adalah dua dari banyak animator Indonesia yang sukses di dunia animasi luar negeri.Melihat film animasi buatan anak negeri yang tayang di tv, sebenarnya animator Indonesia tidak kalah saing dengan animator luar. lihat saja garapan mereka untuk event festival animasi ataupun orderan dari klien untuk iklan produk mereka. Hanya saja tidak semua agensi mau mengutamakan kualitas ketimbang kuantitas. Lihat saja film-film kolosal yang tayang di tv nasional, pemeran utama naik naga yang gerakannya masih kaku, serta kualitas rendering yang terkesan dibikin apa adanya. Para animator itu dikejar deadline dimana film tayang hampir setiap hari. Lantas apakah animator Indonesia bisa membuat karya yang diakui secara internasional? Sangat bisa!. Ronny dan Rini contohnya.
Rini Sugianto
Rini Sugianto, animator perempuan yang
bekerja di perusahaan milik sutradara Peter Jackson, WETA Digital, di
Selandia Baru, karir pertamanya Rini ikut terlibat dalam pengerjaan film ‘Hobbit: the Desolation of
Smaug’ yang baru saja dirilis. Sebelum film sekuel ini, ia juga terlibat
penggarapan film Hunger Games: Catching Fire , Iron Man 3, The Avengers
, The Adventures of Tintin dan Planet of the Apes.
Perempuan lulusan S2 jurusan animasi dari
Academy of Art di San Francisco ini menuturkan bahawa sekitar 1200
karyawan WETA Digital ikut terlibat di film kedua The Hobbit ini. Ia
mengaku menghabiskan waktu enam bulan untuk pengerjaan yang ia kerjakan
yakni dibagian dragon (smaug), dengan waktu bekerja hingga 90 jam
seminggu. Sebagaimana dilansir VOA Indonesia, setelah berhenti kerja di
WETA Rini ingin mengembangkan program mentoringnya. Dimana ia ingin
mengadakan program beasiswa bagi orang-orang yang kurang mampu, namun
tertarik untuk belajar animasi dengannya. Selain itu perempuan 33 tahun
ini juga ingin mengadakan workshop animasi di kota-kota di Indonesia.
Ronny Gani
Ronny Gani, salah satu animator yang ikut berpartisipasi dalam film
‘Pasific Rim’ yang tayang beberapa bulan lalu. Ronny kerja di di
Industrial Light & Magic, di Singapura, anak perusahaan Lucas Film
Group, tepatnya di bagian visual effect, dimana membuat gerakan
karakter animasi bisa serealis mungkin. Sebelumnya sarjana S1 Arsitektur
UI ini pernah terlibat pula dalam penggarapan ‘The Avengers’ tahun 2012
kemarin, dimana ia dan rekan kerjanya di grup Industrial Light &
Magic itu mengerjakan bagian akhir yakni di konfilk, dimana alien mulai
menginvasi bumi.
Perjalanan kedua animator Indonesia di luar negeri tersebut bisa menjadi contoh sebenarnya animator dalam negeri itu sebenarnya punya skill yang tidak kalah saing. Kendala yang biasa dihadapi yakni kurangnya apresiasi baik itu dari pemerintah maupun dari masyarakat. Selama ini yang saya tangkap, masyarakat umumnya kurang begitu menganggap profesi animator pekerjaan yang menjanjikan. Semoga kedepannya animator Indonesia bisa diakui di negeri sendiri. Diakui sepenuhnya dari sisi kreativitas dan karir dengan pendapatan menjanjikan. Semoga!.
0 komentar: